4 Mei 2012

Sebuah Cerita Tentang Kasih Sayang


Pada suatu ketika, ada sebuah pulau yang dihuni oleh semua sifat manusia. Ini berlangsung lama sebelum mereka menghuni tubuh manusia, dan lama sekali sebelum kita mengotak-ngotakkannya kedalam istilah baik atau buruk. Pokoknya mereka ada, dengan ciri-cirinya sendiri.

Dipulau tersebut hiduplah Optimisme, Pesimisme, Pengetahuan, Kemakmuran, Kesombongan, dan Kasih Sayang.

Sudah barang tentu sifat-sifat yang lain hidup disana juga. Pada suatu hari dimaklumatkan bahwa pulau tersebut pelan-pelan tenggelam. Ketika sifat-sifat tersebut mendengar berita ini, mereka dilanda kepanikan.
Mereka berlarian kesana kemari seperti semut yang rumahnya diinjak sampai hancur.

Setelah beberapa saat mereka mulai tenang dan merencanakan tindakan positif.
Karena hidup di pulau, kebanyakan dari mereka punya perahu, jadi mereka semua memperbaiki perahu mereka dan mengatur pemberangkatan dari pulau.

Kasih Sayang belum siap. Dia tidak memiliki perahu sendiri. Mungkin dia telah meminjamkannya kepada seseorang bertahun-tahun yang lalu.
Dia menunda keberangkatannya hingga saat-saat terakhir agar dia bisa membantu orang lain bersiap-siap. Pada akhirnya Kasih Sayang memutuskan bahwa dia harus meminta bantuan.

Kemakmuran baru saja berangkat dari dermaga didepan rumahnya yang besar.
Perahunya besar sekali, lengkap dengan semua teknologi paling mutakhir dan perangkat navigasi. Jika bepergian dengannya sudah pasti perjalanan mereka akan menyenangkan.
"Kemakmuran," panggil Kasih Sayang, "bolehlah aku ikut bersamamu?"
"Tidak bisa," jawab Kemakmuran. "Perahuku sudah penuh.
Berhari-hari kuhabiskan untuk memenuhinya dengan seluruh emas dan perak milikku.
Bahkan hanya tersisa sedikit ruang untuk perabotan antik dan koleksi seni. Tidak ada ruang untukmu disini."

Kasih Sayang memutuskan untuk minta tolong kepada Kesombongan yang sedang lewat didepannya menaiki perahu yang unik dan indah.

"Kesombongan, sudikah engkau menolongku?"
"Maaf, " kata kesombongan. "Aku tidak bisa menolongmu.
Tidakkah kau lihat sendiri? Kamu basah kuyup dan kotor. Coba bayangkan, betapa kotornya dek perahuku yang mengilat ini nanti jika kamu naik."

Lalu Kasih Sayang melihat Pesimisme yang sedang berusaha sekuat tenaga mendorong perahunya ke air.
Kasih Sayang meletakkan tangannya ke buritan kapal dan membantu Pesimisme mendorong perahunya.

Pesimisme mengeluh terus menerus. Perahunya terlalu berat, pasirnya terlalu lembut, dan airnya terlalu dingin. Sungguh hari yang tidak tepat untuk melaut.

Peringatan yang diberikan mendadak sekali, dan pulau ini tidak seharusnya tenggelam.
Mengapa semua kesialan ini terjadi padanya? Mungkin dia bukan teman seperjalanan yang menyenangkan.

Situasi Kasih Sayang sudah sangat kepepet.
"Pesimisme, bolehkah aku menumpang perahumu?"
"Oh, Kasih Sayang, engkau terlalu baik untuk berlayar denganku. Sikapmu yang penuh perhatian bahkan menjadikanku merasa lebih bersalah dan tidak keruan.

Bayangkan, seandainya ada ombak besar yang menghantam perahu kita dan engkau tenggelam. Bagaimana menurutmu perasaanku jika itu terjadi? Tidak, aku tidak bisa mengajakmu."

Salah satu perahu yang dilihat terakhir kali meninggalkan pulau adalah Optimisme. Dia tidak percaya dengan segala omong kosong tentang bencana dan hal-hal buruk, yaitu bahwa pulau ini akan tenggelam. Seseorang akan mampu berbuat sesuatu dan sebelum pulau ini benar-benar tenggelam.

Kasih Sayang berteriak memanggilnya, tetapi Optimisme terlalu sibuk menatap kedepan dan memikirkan tujuan berikutnya sehingga dia tidak mendengar.

Kasih Sayang berteriak memanggilnya sekali lagi, tetapi bagi Optimisme tidak ada istilah menoleh kebelakang. Dia sudah meninggalkan masa lalu dibelakang, dan berlayar menuju masa depan.

Pada saat Kasih Sayang sudah nyaris putus asa, dia mendengar sebuah suara, "Ayo, naiklah keperahuku."
Kasih Sayang merasa begitu lelah dan letih sehingga dia meringkuk diatas perahu dan langsung tertidur.

Dia begitu berterimakasih dan gembira karena perjalanannya berjalan aman sehingga dia berterimakasih kepada sang nakhoda dengan hangat, kemudian meloncat kepantai.

Dia melambaikan tangannya ketika pelaut itu meneruskan perjalanannya. Baru pada saat itulah dia sadar kalau lupa menanyakan nama nakhoda itu.

Ketika dipantai dia bertemu dengan Pengetahuan dan bertanya,"Siapa tadi yang menolongku?"

"Itu tadi Waktu"jawab Pengetahuan.

"Waktu?" tanya Kasih Sayang,
"Mengapa hanya Waktu yang mau menolongku ketika semua orang tidak mau mengulurkan tangan?"

Pengetahuan tersenyum dan menjawab,"Sebab hanya Waktu yang mampu mengerti betapa hebatnya Kasih Sayang."


30 April 2012

Hanya iringi


Bertahan kuat, sekeras batu karang . .
Berdiri tegap, tegar bagai guNung tinggi menjualang,
Berjalan melangkah mantap, meski tertatih hin9ga letih . .
Sanggupkah kini berlari.? Menggapai an9an dan mimpi . .
Sadarlah . .
Hidup adalah meNcari arti,
akan kesejatian hakiki . .
Meskipun ia kiNi tak seLaras den9an mimpi,
Dan pun tak dapat berlari . .
biarlah kiNi aku berdiri, berjalan tertatih,
Bukan berhenti.!
Karena hidup seNdiri tak keNal kompromi . .!


Jangan halangi, hanya iringi . .
Tapak-tapak kecil yang mengeja untai makna keseJatian hakiki . .






Saat hati riNdu kesejatian hakiki
19052010
02.00

Hati manusia siapa yang tau


hati manusia siapa yg tau,
perasaan itu pasti akan berlalu,
seiring berjalannya waktu..
jalanin aja apa yg menjadi tujuan hidupmu,
jikalau memang jodoh pasti ketemu,
tak perlu kau tunggu ataupun rayu..
krn IA telah mempersiapkan yg terbaik untukmu
Jgn mudah terikat pada keindahan dunia,
krn ia hanya hiasan fana,,

Lantas Apa yang Kita Lakukan??


Saat yg lain sibuk memanfaatkan ramadhan penuh barokah dalam menghasilkan maisyah, tapi seseorang yg kutemui kali ni berbeda..
aish: ga jualan pak?
Pedagang laksa: buat apa?
aish: bukannya itu pekerjaan bapak, dan semua org saat ni memanfaatkan momen penuh barokah ini untuk mengais rizki...
Pedagang laksa: lalu untk apa waktu 11 bulan saya bekerja? Saya rasa sudah terlalu cukup untuk mengais rizki.. 
aish: Lalu apa yg akan bpk lakukan?
Pedagang Laksa: Mengais RAHMAT-NYA,,
aish: Lalu kebutuhan selama Ramadhan?
Pedagang laksa: Alhamdulillah Allah mencukupkan.. Rasanya teramat disayangkan saat pahala dilipatgandakan, saat Rahmat-NYA bercucuran, kita masih sibuk dgn kehidupan dunia, padahal IA sdh memberi kesempatan 11 bulan untuk bisa memanfaatkan dgn sebaik2nya.. 

Bukan berarti tanpa usaha, ternyata pedagang itu memang punya kebiasaan yg patut di acung jempol,, 11 bulan yg ia lalui direncanakan untuk memenuhi kebutuhan 12 bulan, hingga saatnya Ramadhan tiba tak perlulah ia sibuk lagi dgn urusan duniawi.. Jadi dia bisa fokus beribadah baik Hablumminallah, maupun hablumminannas.. Membawa serta keluarganya untuk larut dalam lautan Rahmat-NYA..

Bagaimana dgn kita?
masih sibukkah dgn urusan duniawi....
Subhanallah...! *pelajaran malam ini sedikit menampar ku

8 Agustus 2011

Perjalanan Ukhuwah


Sedang menginspirasi kisah-kisah indah bersamamu teman ^_^

Entah dr titik mana simpul ini terikat, terangkai menjadi sebuah ikatan cinta dan kasih
Awal jumpa adalah jendela dunia,
memasuki masa-masa indah, haru, sedih dan duka bersamamu..
Seorang mu yg sangat mungkin menjadi penguat dikala rapuh..
Sedikit kesamaan selera menjadi perekat perjalanan ini..
Sedikit perbedaan pendapat menjadi pelengkap di kala harus mengisi rongga2 yg kosong
Saat itulah pondasi ukhuwah (tali persaudaraan) mulai terbangun,
Kemudian kolom tsiqoh (kepercayaan) mulai terbentuk..
Susun menyusun menjadikannya tinggi menjulang, bersama angan dan mimpi2 besar..
Banyak kisah, sering saat bersama..
Tapi apa daya..
Ingat yg melemah tak kuasa menguak berjuta makna yg pernah terukir..
Tapi rasa itu tetap terpatri dalam hati..

Aku tak mau bermimpi menjadi seseorang yg berharga bagi mu..
Yg ku inginkan jikalau nanti waktu memisahkan kita..
Dan suatu saat dirimu mendengar namaku,
Dirimu berkata, "Dia adalah sahabatku, takkan tergantikan meski berjalan seiring ruang dan waktu"

Untukmu Saudara Saudariku..
Semoga berkah di sepenggal usia yang tersisa..

Diriku yg terbalut segala kekurangan..
Afwan, :)

19 Agustus 2011